Sabtu, 28 April 2012

Peranan Bimbingan dan Konseling Dalam Belajar


Bimbingan dan Konseling dapat memberikan layanan dalam:
(1) bimbingan belajar, (2) bimbingan sosial, (3) bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi.
Ø  Bimbingan belajar
Bimbingan ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah. Bimbingan ini antara lain meliputi:
  1. Cara belajar, baik secara  kelompok ataupun individual
  2. Cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar
  3. Efisiensi dalam menggunakan buku-buku pelajaran
  4. Cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu
  5. Cara, proses dan prosedur tentang mengikuti pelajaran
Di samping itu Winkel (1978) mengatakan bahwa layanan bimbingan dan konseling mempunyai peranan penting untuk membantu siswa, antara lain dalam hal:
  1. Mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka lagi mereka, baik sekarang maupun yang akan datang
  2. Mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajarnya. Misalnya masalah hubungan muda-mudi, masalah ekonomi, masalah hubungan dengan orang tua/keluarga dan sebagainya.
Ø  Bimbingan sosial
Dalam proses belajar dikelas siswa juga harus mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan kelompok. Bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan masalah sosial, sehingga terciptalah suasana belajar mengajar yang kondusif. Menurut Abu Ahmadi (1977) bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk :
  1. Memperoleh kelompok belajar dan bermain yang sesuai
  2. Membantu memperoleh persahabatan yang sesuai
  3. Membantu mendapatkan kelompok sosial untuk memecahkan masalah tertentu
Bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi
Bimbingan dimaksudkan untuk membantu siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadinya, yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya. Siswa yang mempunyai masalah dan belum dapat diatasi/ dipecahkannya, akan cenderung mengganggu konsentrasinya dalam belajar, akibatnya prestasi belajar yang dicapai rendah. Dalam kurikulum SMA tahun 1975 buku III C tentang pedoman bimbingan dan penyuluhan. Menurut Ibu St. Raf’ah ada beberapa masalah pribadi yang memerlukan bantuan konseling yaitu masalah akibat konflik antara lain :
  1. Perkembangan intelektual dengan emosionalnya
  2. Bakat dengan aspirasi lingkungannya
  3. Kehendak siswa dengan orang tua atau lingkungannya
  4. Kepentingan siswa dengan orang tua atau lingkungannya
  5. Situasi sekolah  dengan situasi lingkungan
  6. Bakat pendidikan yang kurang bermutu dengan kelemahan/keengganan mengambil pilihan.
Masalah-masalah pribadi ini juga sering ditimbulkan oleh hubungan muda-mudi. Selanjutnya juga dikemukakan oleh Downing (1968) bahwa layanan bimbingan di sekolah sangat bermanfaat, terutama membantu :
  1. Menciptakan suasana hubungan sosial yang menyenangkan
  2. Menstimulasi siswa agar mereka  meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan belajar mengajar
  3. Siswa agar dapat menciptakan atau mewujudkan pengalaman belajarnya itu penuh arti
  4. Meningkatkan motivasi belajar siswa
  5. Menciptakan dan menstimulasi  tumbuhnya minat belajar.

v  peran bimbingan dan konseling dalam mengatasi kesulitan belajar

Tujuan pendidikan nasional berlaku bagi semua jenis sekolah dan dilaksanakan dengan ciri-ciri khas dari setiap jenjang pendidikan sekolah. Dengan kata lain, tujuan institusional harus diselaraskan dengan tujuan pendidikan nasional dan merupakan suatu konsentrasi yang harus membawa tercapainya tujuan pendidikan nasional.

Untuk mencapai tujuan pendidikan siswa perlu dapat bimbingan agar mereka dapat membina sebanyak mungkin dari pengalaman disekolah. Akan tetapi kemampuan guru dalam membimbing anak didiknya terbatas, sedangkan masalah yang dihadapi anak didik semakin hari semakin kompleks. Dari semacam kondisi inilah peranan bimbingan dan penyuluhan diperlukan, dalam rangka memanimalisasi kesulitan yang dihadapi oleh siswa.

Tujuan akhir pelayanan bimbingan ini sama dengan tujuan pendidikan di sekolah, tetapi cara untuk sampai pada tujuan itu lain yang digunakan dalam bidang-bidang pendidikan sebagaimana yang dikemukakan oleh W.S. Winkel :
Bimbingan disekolah menengah merupakan bidang khusus dalam keseluruhan pendidikan sekolah yaitu memberikan pelayanan yang ditangani oleh ahli-ahli yang telah disiapkan untuk itu. Ciri khas dari pelayanan ini terletak dalam hal memberikan bantuan mental atau psikologis kepada murid dalam membulatkan perkembangannya. Tujuan dari pemberian bimbingan ialah supaya setiap murid berkembang sejauh mungkin untuk mengambil manfaat sebanyak mungkin dari pengalamannya disekolah, mengingat ciri-ciri pribadinya dan tuntunan kehidupan dalam masyarakat sekarang. (Winkel, 1991:28)

Dengan adanya peranan dan bimbingan terserbut diharapkan semua persoalan yang dihadapi anak didik dapat diantisipasi sedini mungkin. Menurut Bimo Walgito bimbingan dan penyuluhan di sekolah dapat dilaksanakan dengan bermacam sifat :
1. Preventif, yaitu bimbingan yang diberikan dengan tujuan untuk mencegah jangan sampai timbul kesulitan yang menimpa diri anak atau individu.
2. Korektif, yaitu memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh individu.
3. Preservatif, yaitu memelihara atau mempertahankan yang telah baik, jangan sampai menjadi keadaan yang tidak baik (Walgito, 1984:26)

Dari uraian tersebut dapat ditarik benang merah bahwa peranan dari pada bimbingan dan penyuluhan sangat diperlukan oleh siswa dalam rangka untuk mencapai tujuan dari pada pendidik dan pengajaran

Rabu, 25 April 2012

PENSTRUKTURAN KP, PERTANYAAN TERBUKA DAN KERUNTUTAN DALAM KONSELING“


A.    Penstrukturan KP
Keberhasilan konseling banyak ditentukan oleh keefektifan konselor dalam menggunakan berbagai teknik. Hubungan antara konselor dan klien merupakan inti proses konseling dan psikoterapi oleh karena itu para konselor hendaknya menguasai berbagai teknik dalam menciptakan hubungan. Terdapat tahap-tahap dalam proses konseling,  yaitu antara lain:
1.      Teknik Pembukaan (Pengantaran/ introdaktion)
Yaitu usaha konselor untuk mengantarkan klien dalam memasuki proses konseling. Dalam teknik pembukaan ini konselor memberikan penjelasan kepada klien tentang konseling dan psikoterapi, tujuan, asas-asas, manfaat serta hal lain yang berhubungan dengan proses konseling dan psikoterapi.
2.      Teknik hubungan Refleksi
Refleksi perasaan  merupakan suatu usaha konselor untuk menyatakan dalam bentuk kata-kata yang segar dan sikap yang esensial (perlu). Refleksi ini merupakan teknik penengah yang bermanfaat untuk digunakan setelah hubungan permulaan dibuat dan sebelum pemberian informasi dan tahap interpretasi dimulai. Perasaan-perasaan yang diekspresikan dapat dikelompokkan kedalam tiga kategori yaitu yang positif, negative, dan ambivalen.
Refleksi perasaan akan mengalami kesulitan jika:
a)      Stereotip dari konselor
b)      Konselor tidak dapat mengatur waktu
c)       Konselor tidak tepat memilih perasaan
d)     Konselor tidak mengetahui isi perasaan yang direfleksikan
e)      Konselor tidak dapat menemukan ke dalam perasaan
f)       Konselor menambah arti perasaan
Manfaat refleksi perasaan dalam proses konseling dan:
1.      Membantu individu untuk merasa dipahami secara mendalam
2.      Klien merasa bahwa perasaan menyebabkan tingkah laku
3.      Memusatkan evaluasi pada klien
4.       Member kekuatan untuk memilih
5.       Memperjelas cara berfikir klien
6.      Menguji kedalaman motif-motif klien

3.       Teknik Penerimaan dan Penstrukturan
Teknik penerimaan merupakan cara bagaimana konselor melakukan tindakan agar klien merasa diterima dalam proses konseling. Dalam teknik penerimaan, ada 3 unsur yaitu antara lain: 1) ekspresi air muka, 2) tekanan suara, 3) jarak dan perawakan.
Teknik penstrukturan (structuring) adalah proses menetapkan batasan oleh konselor tentang hakekat, batasan-batasan dan tujuan proses konseling pada umumnya, dan hubungan tertentu pada khususnya. Menata stuktur akan memberikan kerangka kerja atau orientasi terapi kepada klien. Struktur konseling mempunyai dua unsure yaitu, pertama, unsure implicit dimana peranan konselor yang secara umum diketahui klien, dan yang kedua, yaitu struktur yng formal berupa pernyataan konselor untuk menjelaskan dan membatasi proses konseling.
Dengan demikian  structuring merupakan teknik merumuskan batasan dan potensialitas konseling. Berdasarkan pembatasan dan potensi proses konseling ada 5 macam struktur:

a)      Batas-batas waktu baik dalam satu individu maupun seluruh proses konseling
b)      Batas-batas tindakan baik konselor maupun klien
c)      Batas-batas peranan konselor
d)     Batas-batas proses atau prosedur
e)      Structuring dalam nilai proses

4.      Teknik Mendengarkan
Mendengarkan merupakan dasar bagi semua wawancara. Kegiatan ini menghendaki agar penyuluh lebih banyak diam dan menggunakan semua indranya untuk menanggap semua pesan. Dengan  telinganya konselor mendengarkan kata-kata yang diucapkan dan tekanan suara dari klien; dengan pikirannnya dia menanghkap isi pesan yang disampaikan, dan dengan matanya dia mengamati bahasa badani dalam sikap duduk, gerak gerik, isyarat dan sebaginya yang ditampilkan oleh klien. Konselor juga mendengarkan diri nya sendiri, dia mencatat tangapannya sendiri terhadap pesan yang diterima dari klien, dan bagaimana konselor  menyesuaikan diri terhadap pesan-pesan itu.
Mendengarkan  secara aktif dan tepat adalah amat penting selama wawancara berlangsung, lebih-lebih pada saat permulaan ketika konselor biasanya mengambil bagian secara verbal kurang aktif. Konselor berusaha secara benar-benar tepat penyesuaian dirinya dengan diri orang lain, memusatkan diri pada orang lain, dan menjadikan pesan-pesan yang datang dari oarng lain itu sebagai suatu yang amat penting.  

5.      Teknik Mengarahkan
Pemberian pengarahan mengubah  tekad hubungan konseling dan psikoterapi. Di sini konselor lebih berinisiatif dari pada klien. Dengan memberikan pengarahan, konselor merasa lebih terpanggil untuk diskusi dari pada klien, dan secara tidak langsung konselor mengetahui apa yang harus dilakukan. Pemberian pengarahan hanya dilakukan bila mana konselor benar-nenar telah memahami keadaan dan kebutuyhan klien. Nilai dari upaya pemberian pengarahan tidaklah diragukan ; namun konselor harus menentukan kapan cara ini tepat dilakukan, dan cara mana yang sebaiknya dipakai.
Ada akibat-akibat (yang kurang mengenakkan) tertentu yang berkaitan menggunakan pengarahan. Kebanyakan para pemberi bantuan telah cukup mengenal keterampilan ini sebelumnya. Oleh karena itu, terdapat kecendrungan untuk menggunakannya secara berlebih-lebihan atau cepat-cepat menggunakan cara ini dalam setiap suasana konseling dan psikoterapi yang sulit. Penggunaan pengarahan yang terlalu cepat atau terlalu sering terhadap klien yang enggan malhan dapat mengakibatkan timbulnya suasana risi(tidak tenang) aau menjngkelkan pada diri klien dan penyuluh tampak kurang peka terhadap suasana kejiwaan klien.

6.      Teknik mengakhiri proses konseling
Ketrampilan  mengakhiri wawancara konselng merupakan teknik hubungan dalam proses konseling. Mengakhiri wawancara, dapat dilkukan dengan cara:
a.        Mengatakan bahwa waktu sudah habis
b.       Merangkum isi pembicaraan
Merangkum adalah proses menyatukan semua yang dikomunikasikan selama proses konseling dengan menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh klien.
c.        Menunjukan pada pertemuan yang akan datang dengan menanyakan “apa yang akan anda lakukan?”.
d.      Membuat catatan singkat.
Membuat catatan merupakan usaha sederhana tetapi sangat penting karena kegiatan ini mempunyai andil yang sangat besar dalam rencana pengubahan tingkah laku yang perlu dirubah.
e.       Memberikan tugas-tugas tertentu
f.       Mendoakan klien semoga tetap bahagia
g.      Berdiri
h.      Perpisahan dengan berjabatan tangan.


B.     Pertanyaan terbuka
Pertanyaan terbuka  merupakan respon konselor dalam kalimat tanya yang yang menuntut klien memberikan penjelasan yang panjang dan banyak..Pertanyaan terbuka dapat membantu konselor dalam penggalian masalah dan penjelajahan masalah. Melalui pertanyaan terbuka konselor bisa mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam pemecahan masalah, sehingga konselor dapat membimbing klien kea rah yang lebih tepat. Selama proses konseling hendaknya konselor selalu menggunakan pertanyaan terbuka dan menghindari pertanyaan tertutup. Pertanyaan tertutup digunakan hanya dalam kondisi yang betul-betul diperlukan.
Pertanyaan terbuka mengajak klien untuk meneruskan pertanyaannya dengan memberikan lebih banyak uraiannya mengenal hal yang telah di kemukakanya. Misalnya terhadap uraian yang telah di berikan oleh seorang ibu yang putus asa karena ulah anaknya yang kecanduan narkoba, konselor bertanya :
“Bagaimana perasaan ibu ketika melihat dia benar-benar  kecanduan obat terlarang itu?”
Pertanyaan terbuka seperti itu penting, terutama pada tahap awal wawancara. Pertanyan-pertanyaan terbuka lainya dapat di lakukan dengan mengunakan kata Tanya: apa, kapan, dan bagaimana. Pertanyaan terbuka seperti itu akan menghasilkan  jawaban yang dapat di jadikan arah  atau informasi yang berguna untuk mengadakan tindak lanjut, dan juga memungkinkan suasana percakapan dapat berlangsung dangan baik. Hal ini juga menunjukan  pada klien bahwa ia bebas untuk  mengemukakan  isi pembicaraan sesuai apa yang di inginkan.
Sebaliknya pertanyaan tertutup akan cendrung menutup percakapan dengan hal menjawab pertanyan itu dengan jawaban  “ya” atau “ tidak” saja. Meskipun konselor, katakanlah terpaksa menggunakan pertanyaan tertutup, sebaiknya segera diikuti dengan pertanyaan terbuka, contoh: Anda betul-betul mencintainya? Atau bagaimana?. Pertanyaan terbuka tanpa didahului oleh pertanyaan tertutup misalnya: Bagaimana perasaan anda jika bertemu dengan dia?Apa yang anda fikirkan tentang dia? Bagaimana kejadiannya?



C.    Keruntutan Dalam Konseling
Keruntutan merupakan  respon yang diberikan konselor kepada klien yang tepat pada sasaran, tidak menyimpang dari isi pernyataan atau pertanyaan klien. Respon konselor bisa menjadi runtut bila konselor benar-benar memahami isi pembicaraan klien, untuk itu dibutuhkan konsentrasi penuh dan kemampuan konselor dalam menangkap inti pembicaraan klien. Pembicaraan klien yang panjang lebar, mungkin saja intinya hanya satu kata atau satu kalimat. Konselor tidak boleh terbawa arus dengan pembicaraan klien yang panjang lebar, yang sebenarnya tidak  terkait dengan masalah yang sebenarnya. Disini dibutuhkan kepekaan  konselor dalam menanggapi perilaku klien. Konselor tidak boleh lengah sedikitpun memperhatikan dan mendengarkan klien. Jika konselor tidak mampu menangkap inti pembicaraan klien, maka akan terjadi peloncatan respon dari konselor dan akan terjadi pula respon yang tidak tepat bahkan bias terjadi pula respon yang tidak positif. Hal ini tentunya membawa dampak yang tidak baik, lebih jauh dari itu  justru tidak tergalinya masalah klien yang pada gilirannya masalah tidak terpecahkan.

aspek-aspek kepemimpinan


A.    Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarganya, bagi lingkungan pekerjaannya, maupun bagi lingkungan sosial.
Kepemimpinan adalah tanggung jawab yang dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan sejati dimulai dari dalam dan kemudian bergerak ke luar untuk bertanggungjawab kepada yang dipimpin. Disinilah pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin sejati dan diterima oleh masyarakat atau komunitas yang dipimpinnya.
Kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi kegiatan pengikut melalui psoses komunikasi untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut George  kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan Mengarahkan pengikut-pengikutnya untuk kerja sama dengan kepercayaan serta tekun mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh pemimpin mereka.kepemimpinan tumbuh secara alami diantara orang-orang yang di himpun untuk mencapai tujuan Dalam suatu kelompok.
Kepemimpinan itu wajib ada, baik secara syar’i ataupun secara ‘aqli. Adapun secara syar’i misalnya tersirat dari firman Allah tentang doa orang-orang yang selamat :))  واجعلنا للمتقين إماما )) “Dan jadikanlah kami sebagai imam (pemimpin) bagi orang-orang yang bertaqwa” [QS Al-Furqan : 74].  Demikian pula firman Allah أطيعوا الله و أطيعوا الرسول و أولي الأمر منكم )) )) “Taatlah kalian kepada Allah dan taatlah kalian kepada Rasul dan para ulul amri diantara kalian” [QS An-Nisaa’ : 59]. Rasulullah saw bersabda dalam sebuah hadits yang sangat terkenal : “Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan setiap dari kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya”.
Hadits dari Abu Hurairah tentang kemungkinan terjadinya kepemimpinan pasca Rasulullah dan sikap yang harus ditunjukkan oleh umat terhadap model kepemimpinan tersebut:
وَرَوَى هِشَامُ بْنُ عُرْوَةَ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : { سَيَلِيكُمْ بَعْدِي وُلَاةٌ فَيَلِيكُمْ الْبَرُّ بِبِرِّهِ ، وَيَلِيكُمْ الْفَاجِرُ بِفُجُورِهِ ، فَاسْمَعُوا لَهُمْ وَأَطِيعُوا فِي كُلِّ مَا وَافَقَ الْحَقَّ ، فَإِنْ أَحْسَنُوا فَلَكُمْ وَلَهُمْ ، وَإِنْ أَسَاءُوا فَلَكُمْ وَعَلَيْهِمْ
Hisyam bin Urwah meriwayatkan dari Abu Shalih dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “Akan datang sepeninggalku beberapa pemimpin untuk kalian. Ada seorang yang baik yang memimpin kalian dengan kebaikan, namun ada juga pemimpin yang buruk yang memimpin dengan kemaksiatan. Maka hendaklah kalian tetap mendengar dan taat pada setiap yang menepati kebenaran. Karena jika mereka baik, maka kebaikan itu untuk kalian dan untuk mereka. Namun jika mereka buruk, maka keburukan itu hanya untuk mereka”.
Kepemimpinan dalam bimbingan dan konseling adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian termasuk kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana dan meyakinkan yang dipimpinmya (klien) agar sang klien mau dan dapat melaksanakan layanan atau tugas dengan sukarela, penuh semangat, bahagia dan merasa tidak ada paksaan.

B.     Aspek-aspek kepemimpinan dalam bimbingan dan konseling
Pada umumnya dikenal 2 aspek kepemimpinan, yaitu aspek internal dan aspek eksternal yang sekaligus harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
1.      Aspek internal, adalah pandangan seorang pemimpin ke arah masalah masalah ketata-lembagaan yang meliputi: keadaan, gerak tuntutan, dan tujuan organisasi yang dipimpinnya. Dalam aspek ini harus diperhatikan bahwa :
a)      Pandangan pemimpin terhadap organisasi harus menyeluruh.
b)      Pengambilan keputusan harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan tegas.
c)      Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab kepada bawahan dilaksanakan dengan baik.
d)     Hubungann dengan bawahan harus terbina baik sehingga mudah mendapatkan dukungan dan menggerakan mereka.
2.      Aspek eksternal atau aspek politik, adalah pandangan seorang pemimpin yang diarahkan ke luar organisasi untuk melihat perkembangan situasi masyarakat.

C.    Tipe-Tipe Kepemimpinan

Pada tataran ideal tentang sosok pemimpin yang akan memberikan dampak kebaikan dalam kehidupan secara keseluruhan, seperti yang ada pada diri para nabi manusia pilihan Allah. Karena secara korelatif, ayat-ayat tertentu dalam al-quran menggambarkan para nabi yang memberikan contoh keteladanan dalam membimbing umat ke jalan yang mensejahterakan umat lahir dan batin. Sebagaimana allah SWT berfirman:
öNßg»uZù=yèy_ur Zp£Jͬr& šcrßöku $tR̍øBr'Î/ !$uZøŠym÷rr&ur öNÎgøs9Î) Ÿ@÷èÏù ÏNºuŽöyø9$# uQ$s%Î)ur Ío4qn=¢Á9$# uä!$tFƒÎ)ur Ío4qŸ2¨9$# ( (#qçR%x.ur $oYs9 tûïÏÎ7»tã ÇÐÌÈ
Artinya:”Kami Telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami dan Telah kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan Hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah” (Q.S. Al-anbiya’:73)
Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa ayat ini merupakan landasan prinsip dalam mencari figur pemimpin ideal yang akan memberi kebaikan dan keberkahan bagi bangsa dimanapun dan kapanpun.
Ayat yang berbicara tentang kriteria pemimpin yang ideal yang senada dengan ayat di atas adalah surah As-Sajdah: 24:
$oYù=yèy_ur öNåk÷]ÏB Zp£Jͬr& šcrßöku $tR͐öDr'Î/ $£Js9 (#rçŽy9|¹ ( (#qçR%Ÿ2ur $uZÏG»tƒ$t«Î/ tbqãZÏ%qムÇËÍÈ
 Artinya: “Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka sabar dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami”.
Kesabaran yang dimaksud dalam ayat ini yang menjadi pembeda dengan ayat Al-Anbiya’ adalah kesabaran dalam menegakkan kebenaran dengan tetap komitmen menjalankan perintah dan meninggalkan larangan Allah. Tetap komitmen dengan kebenaran membutuhkan mujahadah dan kesabaran yang jauh lebih besar karena akan berdepan dengan pihak yang justru menginginkan tersebarnya kebathilan dan kemaksiatan di tengah-tengah umat.
Dalam manajemen umun, tipe kepemimpinan itu adalah:
1)      Kepemimpinan Demokratis.
Tipe kepemimpinan dimana pemimpin selalu bersedia menerima dan menghargai saran-saran, pendapat, dan nasehat dari staf dan bawahan, melalui forum musyawarah untuk mencapai kata sepakat
2)      Kepemimpinan Kebapakan
Tipe kepemimpinan dimana pemimpin bertindak sebagai ayah kepada anak-anaknya: mendidik, mengasuh, mengajar, membimbing, dan menasehati. Pada dasarnya kepemimpinan semacam ini baik, tetapi kelemahannya tidak memberikan kesempatan kepada bawahan untuk tumbuh menjadi dewasa dan lebih bertanggung jawab.
3)      Kepemimpinan Karismatis
Tipe kepemimpinan dimana pemimpin memiliki daya tarik yang amat kuat. Seolah-olah dalam diri pemimpin tersebut terdapat kekuatan yang luar biasa, sehingga dalam waktu singkat dapat menggerakkan banyak pengikut. Termasuk pemimpin semacam ini misalnya: Gandhi, J.F.Kennedy dan Khomeini. Kepemimpinan tipe ini adalah baik selama pemimpin berpegang teguh kepada moral yang tinggi dan hukum-hukum yang berlaku.

D.    Syarat-Syarat atau Kriteria Seorang Pemimpin
Seorang pemimpin merupakan khalifah (pengganti) Allah di muka bumi, maka dia harus bisa berfungsi sebagai kepanjangan tangan-Nya. Allah merupakan Rabb semesta alam, yang berarti dzat yang men-tarbiyah seluruh alam. Tarbiyah berarti menumbuhkembangkan menuju kepada kondisi yang lebih baik sekaligus memelihara yang sudah baik. Karena Allah men-tarbiyah seluruh alam, maka seorang pemimpin harus bisa menjadi wasilah bagi tarbiyah Allah tersebut terhadap segenap yang ada di bumi. Jadi, seorang pemimpin harus bisa menjadi murabbiy bagi kehidupan di bumi.
Pemahaman terhadap hakikat alam sebetulnya merupakan pemahaman (ma’rifat) terhadap Allah, karena Allah tidak bisa dipahami melalui dzat-Nya dan hanya bisa dipahami melalui ayat-ayat-Nya. Kesimpulannya, seorang pemimpin haruslah seseorang yang benar-benar mengenal Allah, yang pengenalan itu akan tercapai apabila dia memahami dengan baik ayat-ayat Allah yang terucap (Al-Qur’an) dan ayat-ayat-Nya yang tercipta (alam).
Bekal pemahaman (ilmu dan hikmah) bagi seorang pemimpin merupakan bekal paling esensial yang mesti ada. Bekal ini bersifat soft, yang karenanya  membutuhkan hardware agar bisa berdaya. Ibn Taimiyyah menyebut hardware ini sebagai al-quwwat, yang bentuknya bisa beragam sesuai dengan kebutuhan. Dari sini bisa disimpulkan bahwa seorang pemimpin harus memiliki dua kriteria: al-‘ilm dan al-quwwat.
1.      al-‘ilm (ilmu) tidaklah hanya terbatas pada al-tsaqafah (wawasan). Wawasan hanyalah sarana menuju ilmu. Ilmu pada dasarnya adalah rasa takut kepada Allah. Karena itulah Allah berfirman,”Yang takut kepada Allah diantara para hamba-Nya hanyalah para ulama” (QS. Faathir: 28). Ibnu Mas’ud pun mengatakan,”Bukanlah ilmu itu dengan banyaknya riwayat, akan tetapi ilmu adalah rasa takut kepada Allah”
2.      Al-quwwat disini berwujud kekuatan fisik karena wujud itulah yang paling dibutuhkan. secara sederhana hukm biasa diartikan sebagai pemutusan perkara (pengadilan, al-qadha’), Hukm berarti jelas dalam melihat yang samar-samar dan bisa melihat segala sesuatu sampai kepada hakikatnya, sehingga bisa memutuskan untuk meletakkan segala sesuatu pada tempatnya (porsinya).
Seorang pemimpin bertugas menggerakan orang-orang yang dipimpinnya, maka sudah barang tentu ia harus memiliki sifat-sifat yang lebih dari orang-orang yang dipimpinnya. Banyaknya sifat-sifat ideal yang dituntut bagi seorang pemimpin berbeda-beda menurut bidang kegiatan, jenis atau tipe kepemimpinan, tingkatan dan bahkan juga latar belakang budaya dan kebangsaan. Untuk memperoleh perbandingan yang luas berikut ini akan diuraikan sifat-sifat atau syarat-syarat kepemimpinan yang diajukan oleh beberapa ahli, pemuka masyarakat, dan bahkan berdasarkan tradisi masyarakat tertentu. Menurut Dr. Roeslan Abdulgani seorang pemimpin harus memiliki kelebihan dalam 3 hal dari orang-orang yang dipimpinnya :
1.      Kelebihan dalam bidang ratio.
Artinya seseorang pemimpin harus memiliki pengetahuan tentang tujuan dan asas organisasi yang dipimpinnya. Memiliki pengetahuan tentang cara-cara untuk menjalankan organisasi secara efisien. Dan dapat memberikan keyakinan kepada orang-orang yang dipimpin ke arah berhasilnya tujuan.
2.      Kelebihan dalam bidang rohaniah.
Artinya seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat yang memancarkan keluhuran budi, ketinggian moral, dan kesederhanaan watak.
3.      Kelebihan dalam bidang lahiriah/jasmaniah.
Artinya dengan kelebihan ketahanan jasmaniah ini seorang pemimpin akan mampu memberikan contoh semangat dan prestasi kerja sehari-hari yang baik kepada orang-orang yang dipimpin.
Terry menyebutkan adanya beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin yang baik, yaitu memiliki:
a.       Kekuatan atau energy, seorang pemimpin harus memiliki kekuatan lahiriah dan rokhaniah sehingga mampu bekerja keras dan banyak berfikir untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
b.      Penguasaan emosional, seorang pemimpin harus dapat menguasai perasaannya dan tidak mudah marah dan putus asa.
c.       Pengetahuan mengenai hubungan kemanusiaan, seorang pemimpin harus dapat mengadakan hubungan yang manusiawi dengan bawahannya dan orang-orang lain, sehingga mudah mendapatkan bantuan dalam setiap kesulitan yang dihadapinya.
d.      Motivasi dan dorongan pribadi, yang akan mampu menimbulkan semangat, gairah, dan ketekunan dalam bekerja.
e.       Kecakapan berkomunikasi: kemampuan menyampaikan ide, pendapat serta keinginan dengan baik kepada orang lain, serta dapat dengan mudah mengambil intisari pembicaraan.
f.       Kecakapan mengajar pemimpin yang baik adalah guru yang mampu mengajar dan memberikan teladan dan petunjuk-petunjuk, menerangkan yang belum dengan gambaran jelas serta memperbaiki yang salah.
g.      Kecakapan bergaul: dapat mengetahui sifat dan watak orang lain melalui pergaulan agar dengan mudah dapat memperoleh kesetiaan dan kepercayaan. Sebaiknya bawahan juga bersedia bekerja dengan senang hati dan sukarela untuk mencapai tujuan.
h.      Kemampuan teknis kepemimpinan: mengetahui azas dan tujuan bimbingan dan konseling menurut islam. Mampu merencanakan, mengorganisasi, mendelegasikan wewenang, mengambil keputusan, mengawasi, dan lain-lain untuk tercapainya tujuan. Seorang pemimpin harus menguasai baik kemampuan managerial maupun kemampuan teknis dalam bidang usaha yang dipimpinnya
E.     Fungsi Kepemimpinan
Dalam Islam, melahirkan kepemimpinan merupakan amal puncak yang harus diberi perhatian besar karena  fungsi kepemimpinan dalam Islam berdasarkan ‘Siyasah Syar’iyyah’ adalah Hirasatud Din (memelihara dan mempertahankan ajaran agama) dan Siyasatud Dunya (merancang strategi untuk kebaikan duniawi). Maka membangun kebaikan sebuah masyarakat atau bangsa harus diawali dengan menciptakan para pemimpin dalam seluruh levelnya yang shalih yang akan menyebarkan kebaikan di tengah-tengah masyarakat mereka.
Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi merupakan sesuatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
1)      Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanaan administrasi dan menyediakan fasilitasnya.
2)      Fungsi sebagai Top Manajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing, commanding, controling, dsb.
Dalam upaya mewujudkan kepemimpinan yang efektif, maka kepemimpinan tersebut harus dijalankan sesuai dengan fungsinya. Sehubungan dengan hal tersebut, menurut Hadari Nawawi (1995:74), fungsi kepemimpinan berhubungn langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada didalam, bukan berada diluar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian didalam situasi sosial kelompok atau organisasinya.
Sehubungan dengan kedua dimensi tersebut, menurut Hadari Nawawi, secara operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu
1.      Fungsi Instruktif.
Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah.
2.      Fungsi konsultatif.
Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya.
3.      Fungsi Partisipasi.
Dalam menjaiankan fungsi partisipasi pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-masing.
4.       Fungsi Delegasi
Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan keputusan. Fungsi Pengendalian.







BAB III
PENUTUP


a.      Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa, dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok dan lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik dan sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik. Persoalan kepemimpinan selalu memberikan kesan yang menarik. Literatur-literatur tentang kepemimpinan senantiasa memberikan penjelasan bagaimana menjadi pemimpin yang baik, sikap dan gaya yang sesuai dengan situasi kepemimpinan, dan syarat-syarat pemimpin yang baik
Terlaksananya tugas-tugas kepemimpinan tidak dapat dicapai hanya oleh pimpinan seorang diri, tetapi dengan menggerakan orang-orang yang dipimpinnya. Agar orang-orang yang dipimpin mau bekerja secara efektif seorang pemimpin di samping harus memiliki inisiatif dan kreatif harus selalu memperhatikan hubungan manusiawi. Secara lebih terperinci tugas-tugas seorang pemimpin meliputi: pengambilan keputusan menetapkan sasaran dan menyusun kebijaksanaan, mengorganisasikan dan menempatkan pekerja, mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan baik secara vertikal (antara bawahan dan atasan) maupun secara horisontal (antar bagian atau unit), serta memimpin dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan.